Sejak sekitar setahun lalu saya berhipotesis bahwa YouTube berusaha keras untuk membungkam Tiktok. Ia akan lakukan berbagai cara agar idenya tidak lari.
YouTube merilis fitur Short, mereka kasih insentif dengan siapkan dana 100 juta USD dengan dan Short Fund agar para usernya mau memakai fitur Short.
Itu indikator yg terlihat.
Sy berhipotesis bahwa ia akan kembangkan algoritma sedemikian rupa Short ini memiliki keunggulan layaknya fitur FYP Tiktok, yg memungkinkan para creator mudah untuk mendapat penonton (view).
Saat menemukan momentumnya, sy ujicoba YouTube dgn sangat serius, dgn optimalisasi fitur Short. Jika creator lain posting 1 atau 2 video sehari, sy posting sampe 27 video dalam sehari. Puluhan kali lipat usaha normal kebanyakan. Karena sy menemukan dua momentum penting yg sayang banget jika sy lewatkan.
Saya selalu berpikir menggunakan frame work Input, proses dan output dalam melihat suatu fenomena. Jika ingin output bagus, input dan proses terus diperbaiki dan disesuaikan.
Alhasil, yg awalnya target sy 1 postingan video per hari, terus berubah jadi 1000 subscriber sebulan yg tercapai dalam 2 minggu. Lalu target baru 1 juta view yg tercapai dalam 2 minggu lebih, lalu target 10 juta view tercapai dalam waktu 23 hari. Saat ini total view Channel tersebut 12 juta.
Kisah ini bukan hanya tentang saya, tapi juga tentang bagaimana mengembangkan diri di sosmed. Bahwa konten yg baik dan pengemasan yg baik perlu juga dibarengi dengan pemahaman bagaimana algoritma tiap platform bekerja. Yang hanya bisa dipahami dgn ujicoba terus menerus, ketekunan dan ketelitian, yg itu membutuhkan waktu, kesabaran dan fokus.
Bahwa jika ingin hasil yg maksimal, usahanya pun harus maksimal.