Pagi ini, kabar yang tak pernah saya bayangkan datang begitu cepat, menghentak relung hati. Bang Faisal Basri, sosok yang saya kagumi, telah berpulang. Berat rasanya menerima kenyataan ini. Nama beliau disebut dalam konteks yang tak pernah ingin saya dengar: “telah tiada.”
Bang Faisal bukan hanya seorang ekonom senior yang peduli dengan nasib bangsanya, beliau adalah sosok pemberani yang selalu menjunjung tinggi integritas. Namun bagi saya, beliau jauh lebih dari itu. Meski jarang bersua, beliau adalah mentor yang mengajarkan saya tentang nilai-nilai kehidupan yang tak ternilai harganya.
Kesederhanaannya selalu membuat saya tertegun. Kemana pun beliau pergi, hanya ransel di punggung dan botol air minum yang setia menemani. Tak segan naik kendaraan umum, tanpa memedulikan status atau jabatan. Begitulah beliau, seseorang yang tak pernah meminta lebih dari apa yang diperlukan. Saat kami salat berjamaah, Bang Faisal sering menjadi imam, membimbing kami dengan ketulusan dalam setiap sujud.
Saya pernah berkesempatan membantu perjuangannya pada Pilkada DKI 2012, saat beliau maju sebagai calon independen. Tak hanya itu, saya juga ikut bergabung dalam tim reformasi migas, mendukung langkah-langkah beliau yang selalu berani menentang arus demi kepentingan rakyat.
Suatu hari, Bang Faisal dengan tulus menghadiahi saya sebuah laptop. Saya sangat terharu, sebuah pemberian yang begitu bermakna. Laptop itu menemani saya hingga ke Belanda, menjadi pengingat akan kebaikan beliau yang selalu hadir tanpa pamrih.
Di kesempatan lain, saya pernah mengundang beliau ke acara keluarga yang sangat pribadi dan penting bagi saya. Namun sayang, saat itu beliau berada di luar negeri sehingga tidak bisa hadir. Meski begitu, perhatiannya tak pernah berkurang, beliau selalu ada untuk kami dalam setiap cara yang bisa ia lakukan.
Pernah juga, saat partai kami hendak dibegal, Bang Faisal berdiri tegak di barisan kami, menyuarakan dukungan dan pandangannya dengan penuh keberanian. Beliau tak pernah ragu untuk membantu mereka yang membutuhkan keadilan, tanpa pamrih, tanpa ketakutan.
Saya masih ingat ketika saya bertanya tentang ekonomi makro. Beliau dengan sabar dan detail menjelaskan semuanya di papan tulis. Penjelasannya begitu jernih dan mudah dipahami, tidak hanya menunjukkan betapa luas wawasannya, tetapi juga betapa sabarnya beliau membimbing orang lain.
Yang paling menyayat hati adalah ketika terakhir kali beliau mengajak saya untuk ngopi. Kami berencana bertemu, namun sebelum kesempatan itu terwujud, takdir berkata lain. Bang Faisal sudah lebih dulu berpulang, meninggalkan kita semua dengan kenangan yang tak tergantikan.
Selamat jalan, Bang Faisal Basri. Sosokmu, kebijaksanaanmu, dan kebaikanmu akan selalu hidup di hati kami. Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Husnul khotimah, Bang.